Kendi – Sebuah Kesederhanaan Penuh Makna
Sebutan ‘Kendi’ pada umumnya dikenal di seluruh Asia Tenggara. Kata kendi berasal dari bahasa Sansekerta (dari India) yakni kundika yang artinya ‘wadah air minum’. Dalam ikonografi Hindu, ‘kundika’ merupakan atribut dari Dewa Brahma dan Dewa Siwa. Sedangkan pada agama Budha, ‘kundika’ merupakan atribut Awalokiteswara dan peziarah Budha juga membawa ‘kundika’ yang dianggap sebagai salah satu dari delapan belas wadah suci yang dibawa seorang rahib dalam perjalanannya mencari kitab suci.
Sebutan kendi di Indonesia bermacam-macam khususnya untuk kendi tanpa corot (kendi seperti buah labu/botol). Di Sumatera Barat wadah ini disebut labu tanah, di Jawa ada yang menyebutnya gogok, atau glogok yang katanya berasal dari bunyi yang keluar saat air dituang, di Batak disebut kandi, di Bali disebut kundi atau caratan, di Sulawesi Selatan busu, di Aceh geupet bahlaboh dan di Lampung disebut hibu.
Walaupun kendi sudah dikenal sejak masa awal di Jawa dan Negeri Melayu, akan tetapi berdasarkan kesejarahan benda itu berasal dari India yang telah lebih dulu mengenalnya pada zaman peradaban yang lebih tua. Bahkan juga diduga kendi bercorot dari Asia Tenggara bukan hanya peniruan dari India akan tetapi merupakan evolusi dari kendi Mesopotamia dan Yunani. Beberapa bentuk Kendi bercorot kuno yang ditemukan di Mesopotamia berasal dari tahun 3200 SM dan kendi bercorot yang ditemukan di Yunani tahun 2500 SM ada kemiripan dengan bentuk-bentuk kendi yang ada di Asia Tenggara.
Meskipun kendi-kendi gerabah telah dibuat di banyak tempat di Indonesia sejak zaman prasejarah, namun kendi secara khusus sebagai wadah air yang menuang dari corotnya, baru dikenal pada abad ke-9 di Jawa. Hal ini dapat ditemukan pada relief-relief yang ada di Candi Borobudur pada teras Kamadhatu. Di Candi Borobudur yang dibangun sekitar tahun 800 M, memperlihatkan kedua bentuk tersebut.
Bentuk Kendi
Bentuk-bentuk kendi pada umumnya berbeda di setiap daerah yang mencerminkan cita rasa atau pengaruh berbagai kebudayaan yang memasuki suatu daerah sepanjang sejarahnya. Temuan-temuan kendi di daerah pemukiman kuno memberikan gambaran penting mengenai pola perdagangan dan hubungan budaya yang ditemukan pada kurun waktu yang berbeda di daerah tersebut dengan wilayah lain seperti dari India, Timur Tengah, Mesopotamia, Yunani, Cina, dan lain-lainnya.
Kendi memiliki dua macam jenis yaitu polos dan bercorak. Kendi biasanya dimanfaatkan untuk minum dan upacara adat Jawa. Orang Mesir membuat kendi yang diukir menurut budayanya. Orang China membuat kendi yang bercorak gambar naga. Orang Thailand membuat dua jenis kendi, polos dan bercorak. Orang Indonesia membuat kendi polos, tetapi memiliki gagang untuk diangkat.
Namun secara umum kendi mengambil bentuk buah labu sebagai inspirasi penciptaan. Hal ini dimungkinkan, mengingat buah labu yang dikeringkan merupakan salah satu wadah air yang pertama-tama digunakan sebelum orang memakai gerabah. Wadah air minum gerabah yang awal diduga meniru bentuk buah tersebut, sampai saat ini masih dibuat dan diciptakan seperti di daerah-daerah di Sulawesi.
Sebenarnya bentuk kendi-kendi yang ada saat ini, tidak jauh berbeda dengan kendi masa lampau. Mungkin variasinya saja yang membedakan. Akan tetapi bilamana diamati secara umum terdapat dua bentuk dasar yakni pertama berbentuk botol, berbadan bulat dan berleher, fungsi leher sebagai tempat mengisi dan menuangkan air. Yang kedua berbadan bulat, berleher dan bercorot. Kedua bentuk ini telah banyak ditemukan pada beberapa situs prasejarah sebelum abad ke-4, dan kedua bentuk tersebut sampai saat ini masih dibuat dan dipergunakan oleh masyarakat.
Beberapa contoh variasi bentuk dari bentuk dasar kendi dapat disebutkan antara lain di Jawa Tengah, kendi upacara dari Mayong, Pati, bercorot tiga, dua corot di antaranya palsu. Kendi ini dinamakan kendi maling, dan harus diisi dari lubang dasarnya. Kendi dengan bentuk seperti ini juga dibuat di Bali dan Lombok, juga di Tanah Gayo, Aceh terdapat beberapa kendi yang menarik, hanya mempunyai dua lobang pada bagian atasnya yang tertutup, cara mengisinya melalui salah satu lubang corot dari atas. Dengan bentuknya yang khas dan disain geometrik yang digores halus, kendi-kendi Aceh mengingatkan kita pada kendi logam dari Timur Tengah. Penduduk Aceh sendiri menganggap kendi ini sebagai tipe tradisional yang digunakan sejak kerajaan Islam Aceh pada abad XVI.
Di Palembang juga terdapat bejana yang memiliki dua, tiga, empat sampai lima corot yang berdiri tegak pada bagian atasnya, yang masing-masing dapat menuangkan air, pada umumnya badannya beralur, berkaki tinggi dan banyak di antaranya dicat warna merah dan emas.
Fungsi Kendi
Fungsi utama kendi gerabah adalah sebagai wadah penyimpanan air minum, agar air tetap dingin sepanjang hari. Karena kendinya berlubang, air langsung dapat dituang ke mulut melalui tanpa menyentuh mulut. Kendi juga dapat berguna sebagai wadah cairan seperti obat atau ramuan magis, seperti kendi di Jawa yang bertangkai panjang. Tangkai tersebut berfungsi untuk mencegah tutup terlepas dan airnya terbuang, bilamana digunakan seseorang yang terbaring di tempat tidur. Bentuk lain yang berfungsi sebagai wadah obat ialah kendi yang berlubang pada ujung lehernya dan berbentuk bawang.
Kendi juga dipakai sebagai alat upacara pada acara-acara tertentu, misalnya pada perkawinan. Air yang terdapat dalam kendi dianggap suci, murni, dan menyejukan, menjadi simbol perkawinan yang sempurna. Di Jawa Barat, pada upacara perkawinan, mempelai wanita membasuh kaki mempelai pria dengan air dari kendi, setelah upacara pemecahan telur. Upacara basuh kaki melambangkan kesetiaan seorang istri terhadap suaminya.
Kendi juga dipakai pada acara sakral misalnya pada waktu upacara pemberangkatan jenazah dari rumah duka menuju pemakaman. Dalam upacara tersebut seringkali masyarakat Jawa Tengah memecahkan kendi yang berisi air. Para peziarah yang akan ke makam sanak keluarga biasanya juga membawa kendi berisi air untuk disiram ke atas kuburan dengan tujuan agar untuk menyejukan arwah yang meninggal.
Kendi juga dipakai pada acara-acara penobatan atau pengukuhan. Sebagai contoh, pada acara ekspor perdana kontainer disiram dengan air melalui kendi yang dipecahkan. Contoh lain, pada saat pemberian nama “Tetuko” untuk pesawat terbang yang dibuat IPTN di Bandung tahun 1984, Presiden Soeharto memecahkan kendi berisi air wangi pada hidung pesawat tipe CN235 itu.
Pada tari Bondan, tarian dari Surakarta, seorang anak wanita dengan menggendong boneka mainan dan payung terbuka menari di atas kendi. Ia harus menari dengan hati-hati agar kendi yang diinjak tidak pecah. Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.
Di Jawa, seperti pada masyarakat Tengger, kendi miniatur/kecil digunakan sebagai pelengkap sesaji dan di Bali dipergunakan pada acara-acara keagamaan, kendi juga diperlakukan sebagai mainan anak-anak, ketika mereka sedang mengadakan permainan rumah-rumahan, atau pasar-pasaran.
Keberadaan kendi masih banyak dijumpai dalam masyarakat Indonesia sebagai pelengkap kehidupan, meskipun usianya telah lama, namun bentuk dan fungsinya selalu dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya sampai saat ini.
Ketika itu, Prof. Dwi Marianto dosen di Pascasarjana ISI Jogjakarta pernah bercerita pada salah satu perkuliahan mengenai pertemuan “tidak sengaja”nya dengan seorang pawang hujan yang sudah berusia sangat tua, tapi tetap terlihat segar. Pak Dwi bertanya pada pawang tersebut, “Pak, apa sih rahasianya agar kita awet muda?”. “Rahasianya sederhana kok pak, Pertama, minumlah air kendi setiap hari. Kedua, jangan mikir yang berat-berat, ntar cepet mati. Ketiga, anggap aja Gusti Allah itu bapakmu, jadi mintalah apa saja sama Dia”.
Hal menarik di sini adalah mengenai air minum. Setiap hari, setiap makhluk hidup mengkonsumsi air, bahkan sebagian besar tubuh manusia berupa air. namun air yang seperti apa yang bagus untuk dikonsumsi?,
Air itu juga merupakan “makhluk hidup”, dan dengan kendi dia dapat bernapas. Sehingga ketika diminum, air kendi akan terasa lebih segar, adem, seperti dari mata air pegunungan dan tidak membuat kembung. Bahkan menurut orang india, air kendi memiliki prana, kata orang Cina air kendi ada chi-nya. Sementara ketika air itu dikemas dalam kemasan plastik dan ter-expose matahari, air akan mati, malah dapat memicu kanker.
Kendi adalah sejenis kriya yang terbuat dari tanah liat dengan proses pembakaran tapi tanpa menggunakan glazuur. Dengan demikian molekul yang ada pada kendi itu tidak tertutup rapat. Warna kendi biasanya kecoklatan seperti gerabah. Keistimewaan dari kendi yang tak diberi glazuur adalah zat asam (O2) dapat masuk kedalam air melalui pori-porinya (seperti kapilaritas). Seperti yang diketahui bahwa (O2) adalah zat yang paling utama untuk kelangsungan setiap macam kehidupan.
Hubungan Air Dengan Kesehatan
Air adalah pengatur suhu tubuh, peredaran darah dan masih banyak lagi kegunaannya air dalam tubuh. Apabila tubuh kita kekurangan air, maka akibatnya fatal. contohnya yang paling sering terlihat akhir-akhir ini adalah :
- Apabila seorang penderita muntaber tidak segera ditolong, dalam hal ini musti diberi infus berupa cairan maka sering jiwanya tak dapat ditolong lagi.
- Air juga mengatur daya lentur (elastis) kulit kita.
- Dan tak kalah pentingnya, air dapat menghindari orang terserang radang ginjal, dengan cara banyak minum air putih
Kapan Dan Berapa Banyak Air Yang Harus Diminum
Pada waktu pagi hari setelah bangun tidur adalah waktu yang tepat untuk minum air kendi yang sudah diembunkan semalam. Disamping air menjadi sehat, air itu mengandung banyak zat asam (O2) Air kendi yang kita minum pagi-pagi baik sekali sebagai pencuci perut termasuk lambung dan usus 12 jari. Apabila usus bersih maka dinding usus dapat lebih sempurna menyerap zat-zat makanan. Akibatnya pertumbuhan sel darah akan lebih baik dan tubuh tetap sehat wal’fiat.
Air Kendi Sebagai Obat
Mengkonsumsi air kendi secara teratur dapat mengobati penyakit seperti tekanan darah tinggi, nyeri-nyeri pada otot dan tulang, sering masuk angin, sukar buang air besar, kulit mengering an keriput, nafas berbau asam lambung berlebihan(sakit maag), perut buncit, gangguan pada pankreas, gangguan pada hati, susah buang air kecil, penyakit ginjal dan pengilhatan kurang.
Cara Minum Air Kendi Untuk Penyembuhan
Pada waktu anda bangun dari kamar tidur sebelum menggosok gigi, minumlah air kendi sebanyak 6 gelas kecil. Bagi yang belum terbiasa dapat dimulai dengan minum 2 gelas saja sampai nanti terbiasa dan dapat diminum 6 gelas sekaligus. Lakukan ini 10 hari dan Anda akan merasakan khasiatnya yaitu : Badan terasa semakin sehat.
Yang biasa lari pagi, minumlah 3 gelas sebelum lari dan 3 gelas setelah lari. Pada hari pertama mang sering timbul gejala mau muntah atau berulang-ulang kali mau kebelakang. Hal ini dapat diatasi dengan setelah berlangsung 6-7 hari. Bagi para perokok yang menginginkan untuk mengurangi kebiasaanya dengan membiasakn minum air kendi di pagi hari.
Kalau anda melakukan pengobatan dengan minum air kendi maka untuk siang hari minum air dapat dilakukan seperti biasanya, hanya hindari minum kopi, teh dan minuman yang mengandung alkohol. Usahakan agar jangan minum air ketika sedang makan karena hal tersebut akan mengganggu pencernaan.
Seseorang yang sehat memerlukan 8 gelas dalam sehari. Saran terakhir, pada waktu mengembunkan kendi berisi air yang matang, usahakan agar kendi bebas di bawah langit terbuka tanpa dihalangi pepohonan maupun genteng rumah. Untuk menjaga kebersihannya, mulut kendi dapat ditutup dengan kain.
Pengrajin Kendi
Selain kesegaran dan khasiat yang diperoleh ketika kita mengkonsumsi air kendi, di lain sisi hal ini akan meng”hidup”kan para pengrajin kendi lokal. Roda perekonomian masyarakat pengrajin pun juga akan bergerak lebih baik lagi, terlebih bila kita bersama-sama mensosialisasikan penggunaan kendi sebagai penyimpan air ini kepada masyarakat luas
Read more: http://baltyra.com/2013/01/04/kendi-sebuah-kesederhanaan-penuh-makna/comment-page-1/#comments#ixzz4oIoqfsRy
0 comments: